Rabu, 29 Februari 2012

Kasih Sayang

assalamualaikum wr wb.
Begitu banyak peluang yang Allah berikan, yang Rasulullah tunjukan, untuk menjadi mulia dengan cinta. Bukan menjadi terhina dan terpuruk, karenanya. Semoga hadits-hadits cinta ini bisa mengantarkan kita untuk sedikit demi sedikit memahami cinta yang menyelamatkan. Cinta yang menerbangkan kita ke surga-Nya, Insya Allah.


Cinta yang memberikan cahaya
“Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah. Sahabat bertanya :
“Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka ? Rasulullah SAW. Menjawab : Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita” (H.R. Abu Daud)

Cinta yang menggugurkan dosa
“Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannya (berjabat tangan) gugurlah dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dan pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut” (H.R. Tabrani)

Cinta yang memberikan keteduhan
“Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman : “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan menunggu-Ku dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku” (H.R. Muslim)

Cinta yang berbalas cinta
“Allah swt berfirman, “pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku” (Hadits Qudsi)

Karena cinta, dicintai-Nya
“Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata,
“Kau mau kemana ?”
Ia menjawab, “Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini”
Malaikat terus bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu ?”
Ia menjawab, “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT”
Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya” (H.R. Muslim)
Tiga cinta yang manis
Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka” (H.R. Bukhari-Muslim
 
Rasulullah Saw, bersabda:
“Janganlah kalian saling iri - dengki, dan janganlah saling dendam, dan janganlah saling mencari-cari kesalahan. Jadilah kalian sebagai saudara, seperti yang telah diperintahkan Allah Ta’ala.” Teks hadits demikian sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirimidzi dan yang lain, riwayat dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw, bersabda:
“Hindarilah kalian dari berburuk sangka. Karena buruk sangka itu sedusta-dusta ucapan. Jangan saling memata-matai, dan jangan saling mencari-cari kesalahan orang, dan jangan saling bermusuhan, dan jangan saling ber-iri-dengki, dan jangan saling mengumbar dendam, dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara seperti perintah Allah Swt.
Muslim itu saudara sesama muslim, tidak saling mendzalimi, tidak saling menghina, dan tidak saling merendahkan. Taqwa itu di sini, taqwa itu di sini, taqwa itu di sini – dan beliau menunjuk kearah dadanya.
Maka dengan kriteria seseorang berbuat buruk adalah:
Menghina sesama saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap sesama muslim itu terhormat: Darahnya, harga dirinya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak memandang fisik kamu sekalian, dan juga tidak memandang rupa kamu. Namun Allah Swt hanya memandang hatimu dan amalmu.” Dalam hadits mulia ini ada  rahasia kema’rifatan kepada Allah Swt, yang penuh dengan keajaiban, bahwa Allah Swt memerintahkan kita agar kita menepiskan diri dari sifat-sifat Iblisiyah, yaitu: Dengki. Kemudian membuang sifat Nafsaniyah, yaitu: Dendam pada makhluk Allah Swt.
Lalu naik dari sifat yang rendah yaitu: Mencari-cari kesalahan orang. Dan kemudian bila meraih derajat sempurna melalui pemurnian diri, Allah Swt memerintahkan agar melihat sirnanya perbedaan antara satu sama lain dari sesama saudara beriman, dan hal ini merupakan perintah Allah Swt.
Manakala perilaku tersebut sempurna, akan benar-benar meraih kepastian ma’rifat Billah. Dari rahasia inilah ucapan Sayyidina Ali KarromAllahu Wajhah berlaku, “Siapa yang mengenal dirinya, maka benar-benar mengenal Tuhannya.”
Anak-anak sekalian. Ketahuilah bahwa seorang hamba itu berada diantara Allah Ta’ala dan makhluk-Nya: Bila berpaling dari  makhluk-Nya menuju Allah Swt, Allah mendekatkan kepada-Nya dan menyambungkannya untuk lebih dekat. Karena apabila Allah Ta’ala mencintai seorang hamba Dia bergegas menurut kadar kedekatan hamba kepada-Nya, dan kadar kecintaannya pada Allah Ta’ala, dan si hamba tidak sama sekali berpaling kepada sesuatu selain Allah, Jika si hamba memandang sesuatu selain Allah Swt, Allah menyiksa sang hamba dengan sesuatu yang membuat berpaling tadi, dan sesuatu itu dijadikan cobaan atas dirinya.
Ingatlah pada Iblis La’natullah ketika memandang dirinya, lantas berkata tentang Adam: “Aku lebih baik dibanding dia…” Maka Allah Swt, langsung melaknat dan melemparnya.
Begitu pun para malaikat, ketika mereka memandang tasbihnya dan penyuciannya kepada Allah Swt, dengan mengatakan, “Sedangkan kami bertasbih dengan memuji Mu dan menyucikan Mu…”, maka Allah Ta’ala memberikan ujian kepada mereka dengan bersujud kepada Adam.
Begitu pula setiap orang yang mengatakan, “Aku….” Pada saat yang sama Allah Ta’ala berfirman, “Tidak! Namun Aku!”, lantas Allah melemparkan siapa pun yang berkata “Aku” tadi ke derajat paling rendah.
Sedangkan orang yang berkata, “Engkaulah Allah,” maka Allah justru mengangkat derajatnya setinggi-tingginya.
Berpaling itu ada dua:
• Berpaling mata (muka).
• Berpaling qalbu.
Berpalingnya mata seperti firman Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, kekasihNya:
“Janganlah engkau palingkan kedua matamu kepada pesona (kenikmatan) hidup yang telah Kami berikan diantara mereka (orang-orang kafir itu) sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka di dalamnya. Sedangkan rizki Tuhanmu lebih bagus dan lebih abadi.” (Thaaha: 121)
Lalu Allah Ta’ala memberikan anugerah kepada mereka, ketika Allah menjaganya, dengan mengatakan, “kalaulah bukan Kami kokohkan kamu, maka benar-benar kamu hampir condong pada mereka, dengan sesuatu yang sangat sedikit (hina).” Lalu Allah Swt memujinya karena Nabi Muhammad Saw, sama sekali tidak berpaling kepada selain Allah Swt, dalam firmanNya:
“Matahatinya tak pernah berpaling dan tak pernah dusta.”
Allah Swt mewariskan ”meninggalkan total” di atas, dengan mengangkat tirai hijab, hingga beliau melihat apa yang dilihat, dalam firmanNya: “Sesungguhnya (Muhammad) telah melihat Allah dalam tahap hakiki yang lain.”
Nabi Musa as, bermunajat:
“Musa berkata: Ya Tuhan, perlihatkan padaku, aku akan melihat-Mu…”
Kemudian Allah berfirman:
“Lihatlah pada bukit!” (Maksudnya kamu tidak bisa melihat-Ku, manakala kamu melihat selain Diri-Ku).
Sebagian kaum ‘arifin bertawaf di Ka’bah, salah seorang memanggilnya, lalu muncul hasrat untuk berpaling pada pemanggil itu, lantas muncul suara bisikan tanpa suara: “Tidaklah termasuk golongan Kami orang yang berpaling pada selain Kami”